Tampilan iStow, sebuah piranti lunak stowage planning (perencana posisi muatan di atas kapal) buatan dosen ITS Dr Ing Ir Setyo Nugroho yang telah berhasil meraih pendanaan Riset Inovatif Produktif (Rispro).
SURABAYA (global-news.co.id) —
Satu lagi produk unggulan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang akan dikomersialkan di pasar internasional. iStow, sebuah piranti lunak stowage planning (perencana posisi muatan di atas kapal) buatan dosen ITS Dr Ing Ir Setyo Nugroho yang telah berhasil meraih pendanaan Riset Inovatif Produktif (Rispro) tersebut akan meningkatkan versi aplikasi untuk merambah pasar Asia Tenggara.
Rispro sendiri adalah program pendanaan yang digagas oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan diberikan kepada kelompok periset terpilih dari berbagai institusi. Kali ini, Yoyok, sapaan akrab Kepala Departemen Teknik Transportasi Laut (DTTL) atau Seatrans ITS tersebut berhasil mendapatkan pendanaan Rispro Kompetisi Gelombang I tahun 2020.
Dalam program tersebut, Yoyok mendaftarkan penelitian yang berfokus pada kemaritiman dengan judul _Hilirisasi Piranti Lunak Stowage Planning Kapal Berstandar Internasional dalam Rangka Menuju Pasar ASEAN dan Industri 4.0.
Alumnus TU Berlin tersebut menjelaskan, aplikasi iStow dibuat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal akibat kesalahan pada proses penataan muatan di atas kapal. Kesalahan tersebut menyebabkan stabilitas kapal bermasalah. “Dan sebagian besar kecelakaan kapal disebabkan oleh permasalahan stabilitas kapal,” ungkapnya, Jumat (12/6/2020).
Dalam era industri 4.0 ini, tambah Yoyok, segala sesuatu berbasis artificial intelligence (AI) dan big data, sehingga penggunaan iStow dinilai tepat. “Karena dapat menjadikan proses pemuatan kapal menjadi efisien,” ujarnya.
Dikembangkan sejak 2007, iStow telah memiliki lima jenis aplikasi. iStow Container diperuntukkan kapal peti kemas, iStow Tanker digunakan pada kapal tanker, dan untuk kapal Ferry telah dibuat aplikasi iStow Ferry Ro-Ro. iStow juga menyediakan aplikasi perencanaan pemuatan alat berat melalui jalur laut dengan nama iStow LPH. Tak hanya itu, iStow juga telah merilis aplikasi simulator penanganan muatan dengan nama iStow CHS.
Melalui pendanaan Rispro, Yoyok menuturkan bahwa dalam rangka merambah pasar Asia Tenggara, ia dan tim akan melakukan pengembangan pada semua jenis aplikasi iStow ke versi kedua dengan model tiga dimensi (3D Model). Tim iStow juga bekerja sama dengan badan klasifikasi berbasis Jerman-Norwegia, DNV-GL, untuk melakukan instalasi dan membuat tampilan (interface) fitur Eco-Assistant.
Fitur Eco-Assistant tersebut, lanjut Yoyok, bertujuan mengoptimalkan trim (perbedaan ketinggian di depan dan belakang kapal). “Sehingga dapat mengefisiensi konsumsi kapal-kapal besar,” tuturnya. Lelaki berkacamata tersebut berencana mengikuti pameran teknologi maritim yang akan digelar di Singapura setelah pengembangan iStow selesai.
Adapun fitur yang melengkapi aplikasi tersebut di antaranya adalah pencatat beban muatan, penghitung otomatis, serta pengecek stabilitas sesuai regulasi International Maritime Organization (IMO). “Dengan adanya iStow, data kapal dan muatannya semakin transparan dan akuntabel,” papar Yoyok.
Keunggulan lain dari piranti lunak buah karya Laboratorium Telematika Transportasi Laut ini adalah sistem yang sudah terintegrasi dengan sistem _booking_ muatan hingga sistem _yard planning_. Ditambah lagi, iStow secara otomatis juga menyediakan dokumen administrasi yang disesuaikan dengan standar internasional.
Yoyok menyebutkan bahwa hingga saat ini, iStow merupakan satu-satunya aplikasi stowage planning dalam negeri yang telah tersertifikasi internasional. iStow telah mendapatkan sertifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), ClassNK (Nippon Kaiji Kyokai, sebuah Badan Klasifikasi Jepang), Indian Register of Shipping (IRS), serta Registro Italiano Navale (RINA). “Kami juga sedang memproses sertifikasi di Lloyd Register (LR),” tambahnya.
Saat ini, menurut Yoyok, aplikasi iStow telah digunakan oleh beberapa perusahaan pelayaran nasional. Di antaranya adalah PT Meratus Lines, PT Samudera Indonesia, PT Pertamina Shipping, PT Bitumen Marasende, PT Dok & Perkapalan Surabaya (DPS) serta PT Pelayaran Banyuwangi Sejati. “Kami juga sedang menyelesaikan pemasangan iStow untuk PT ASDP Indonesia Ferry,” imbuhnya lagi. Sedangkan jenis iStow LPH telah digunakan dalam beberapa proyek pengangkutan muatan berat. Seperti pengangkutan jembatan Holtekamp dari Surabaya ke Papua pada 2019 dan pengangkutan offshore jacket untuk keperluan pertambangan minyak. Tak hanya untuk kepentingan bisnis, jenis iStow CHS untuk simulasi penanganan muatan digunakan untuk pendidikan kepelautan, salah satunya di Politeknik Maritim Indonesia (Polimarin) Semarang. Telah digunakan secara komersial dalam skala nasional, Yoyok berharap iStow dapat lebih banyak digunakan lagi secara luas, melalui pemasaran internasional. “Semoga kebermanfaatan iStow dapat dirasakan oleh lebih banyak orang lagi,” pungkasnya penuh harap. tri