Aplikasi Penata Muatan Kapal
Pengaturan posisi dan beban muatan kapal laut dapat memperkecil risiko kecelakaan. Aplikasi pengaturan muatan buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ini menjadi yang pertama tersertifikasi di Indonesia.
Tempo
Edisi : 20 Juni 2020
KEPALA Departemen Teknik Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Setyo Nugroho mengembangkan iStow, peranti lunak yang dapat membantu perencanaan posisi muatan kapal (stowage planning). Pasalnya, beban muatan kapal laut menjadi masalah karena sering tak terkontrol. Apalagi waktu sandar kapal feri, seperti di jalur penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, terbatas. Durasinya cuma 30-40 menit.
Menurut Setyo, separuh dari waktu sandar kapal habis untuk aktivitas membongkar muatan. Sisanya dipakai untuk mengisi muatan lagi. Operator kapal tak memiliki sistem yang baik untuk mengecek kapasitas muatan sehingga mereka tak tahu pasti bobot yang diangkut. “Tidak punya waktu lagi untuk menata isi dan mengecek beratnya karena waktu sandar sangat terbatas,” ucap Setyo pada Rabu, 17 Juni lalu.
Tak adanya kesempatan menata muatan bisa berdampak pada keselamatan seisi kapal. Jika keseimbangan beban muatan tak diatur, moda transportasi laut itu bisa rentan mengalami kecelakaan, seperti terbalik atau tenggelam. Setyo mengungkapkan, seharusnya ada waktu minimal 30 menit untuk memeriksa beban muatan sebelum kapal diberangkatkan. Namun hal itu sering tak dilakukan.
Dikembangkan sejak 2007, aplikasi iStow kini memiliki lima tipe. Menurut Setyo, iStow merupakan aplikasi pertama yang tersertifikasi di Indonesia dan yang kedua di Asia Tenggara. Sertifikasi itu didapat dari Biro Klasifikasi Indonesia, ClassNK (Nippon Kaiji Kyokai), Indian Register of Shipping, dan Registro Italiano Navale. Setyo sedang memproses sertifikasi dari Lloyd Register, organisasi maritim yang berpusat di London, Inggris.
Berkat penelitian terkait dengan peranti lunak ini, Setyo mendapat dana Riset Inovatif Produktif Kompetisi Gelombang I Tahun 2020 dari Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan. Pendanaan itu ia manfaatkan untuk mengembangkan iStow dengan model tiga dimensi. Tim iStow bekerja sama dengan badan klasifikasi yang berbasis di Jerman dan Norwegia membuat fitur Eco-Assistant untuk mengoptimalkan perbedaan ketinggian muatan kapal di depan dan belakang. Fitur yang melengkapi aplikasi itu meliputi beban muatan, penghitung otomatis, serta pengecek stabilitas sesuai dengan regulasi internasional.
Setyo mengatakan mayoritas pengusaha kapal skala menengah ke bawah masih enggan memasang aplikasi iStow untuk menata muatan kapal. Menurut dia, baru-baru ini ada tanker yang memasang aplikasi produk luar negeri senilai Rp 200 juta padahal belum bersertifikat internasional. “Kalau iStow harganya tidak sampai segitu,” katanya.
Sejumlah perusahaan yang telah menggunakan iStow antara lain PT Meratus Line, PT Samudera Indonesia, PT Pertamina Shipping, PT Bitumen Marasende, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, PT Pelayaran Banyuwangi Sejati, serta PT ASDP Indonesia Ferry.
Aplikasi iStow juga telah digunakan dalam beberapa proyek angkutan muatan berat, antara lain jembatan Holtekamp dari Surabaya ke Papua pada 2019 dan offshore jacket untuk pertambangan minyak.