Daur Ulang Kapal: Tantangan dan Perkembangan dalam 5 Tahun Terakhir
06 November 2024 oleh Al Mar’atul Hamidah
Kapal Sedang Dibangun di Galangan Kapal (2024). Foto: Paul via Pexels.com
Daur ulang kapal adalah proses pembongkaran kapal yang telah mencapai akhir masa layanannya untuk memperoleh kembali bahan-bahan yang dapat digunakan kembali, seperti baja, aluminium, dan komponen elektronik. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya. Dalam lima tahun terakhir, perhatian terhadap daur ulang kapal meningkat seiring bertambahnya jumlah kapal yang siap didaur ulang dan semakin ketatnya regulasi terkait keselamatan serta standar lingkungan.
Perkembangan Regulasi dan Standar Global
Dalam hal regulasi, berbagai inisiatif telah diperkenalkan untuk memastikan proses daur ulang kapal dilakukan dengan aman bagi pekerja dan ramah lingkungan. Salah satu kesepakatan internasional utama adalah Hong Kong Convention for the Safe and Environmentally Sound Recycling of Ships (HKC), yang telah diratifikasi dan dijadwalkan mulai berlaku pada Juni 2023. Konvensi ini menetapkan standar global untuk pengelolaan limbah berbahaya dan perlindungan pekerja di fasilitas daur ulang kapal.
Selain itu, Uni Eropa mengadopsi EU Ship Recycling Regulation pada 2013, yang mulai berlaku pada akhir 2018. Regulasi ini mewajibkan kapal berbendera Uni Eropa untuk didaur ulang di fasilitas yang tercantum dalam European List of Approved Recycling Facilities. Regulasi ini melampaui ketentuan dalam Konvensi Hong Kong dengan menetapkan standar keselamatan dan lingkungan yang lebih ketat, termasuk pengawasan yang ketat oleh otoritas nasional dan Komisi Eropa.
Kapabilitas Global dan Tantangan Kapasitas
Salah satu tantangan utama dalam daur ulang kapal adalah kapasitas fasilitas daur ulang untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Menurut BIMCO, diperkirakan 15.000 kapal akan didaur ulang dalam dekade mendatang, yang mewakili sekitar 12,5% dari armada global. Dengan lebih dari 50% kapal dunia berusia di atas 15 tahun, kebutuhan akan fasilitas daur ulang yang memadai semakin mendesak.
Di kawasan Asia Selatan, termasuk India, Bangladesh, dan Pakistan, dominasi industri ini sangat terlihat, dengan kapasitas besar yang tersedia. Alang, India, adalah pusat daur ulang kapal terbesar di dunia, dengan 131 galangan operasi yang mampu menangani 4,5 juta ton bobot mati per tahun. Bangladesh, meskipun lebih kecil dibandingkan India, berperan penting dalam industri baja dengan memanfaatkan baja dari kapal yang didaur ulang. Di Pakistan, meskipun fasilitasnya tidak sebesar di India dan Bangladesh, reformasi terhadap standar keselamatan dan lingkungan terus dilakukan di lokasi seperti Gadani.
Alang Ship Breaking Yard. Foto: Kairi Aun/Alamy Stock Photo